Sunday 19 January 2014

Hal Unik Tentang Golongan Darah

kalian tau? ternyata golongan darah juga bisa memengaruhi sifat sang pemilik. aku juga baru tau sejak aku follow @TipeDarah di twitter. ini linknya www.twitter.

Saturday 18 January 2014

Man and The White Fox


Genre :untuk chapter ini hanya Fantasy, Family, dan Friendship. Ada romancenya tapi cuma tersirat(?).

Cast : Amber J. Liu, Oh Sehun, Xi Luhan, dan Aiden Lee a.k.a Donghae
.
.
.
Happy Reading~
.
.

Malam begitu gelap dan mencekam. Sepoi angin semakin kencang seiring bulan bersinar di hamparan langit penuh awan. Gonggongan anjing terdengar saling menyahut seakan sedang featuring bersama alam, menghasilkan simfoni indah yang pasti akan membuat bulu kuduk meremang siapapun pendengarnya. Tiba-tiba serumpun semak tersibak, sesosok rubah putih terlihat kesulitan melepaskan diri dibalik semak tersebut. salah satu kakinya tersangkut pada akar semak yang muncul di permukaan. rubah itu mengerahkan sekuat tenaganya namun nihil. akar itu menjepit kuat kakinya. 'Auuuuu!' tak pelak rubah tersebut melolong, melepaskan highnote yang sedari tadi tertahan di pita suaranya. berulangkali ia melolong berharap ada seseorang -atau seekor- makhluk yang mendengar lalu menolongnya, hingga suaranya serak dan tenaganya terkuras habis. Rubah itu kini tersungkur mencium bumi, tak mampu untuk lebih kuat lagi…
*****
“Hyung! Pokoknya aku tidak mau ikut berburu. Titik!” seorang pemuda jangkung bersurai cokelat madu bersungut-sungut kesal. Lelaki yang terlihat lebih tua di depannya hanya menatapnya tegas sambil menyilangkan kedua tangannya. Ia sungguh tak habis pikir bagaimana bisa adiknya menolak tawaran yang tak mungkin datang dua kali?! Akhirnya ia mendapat penerangan.
“Kau tahu, Sehun? Keluarga kita adalah keluarga pemanah terhebat di sepanjang jalur sungai Han ini. Bahkan aku dan Appa adalah atlit memanah! Dan aku tahu kau juga mewarisi bakat tersebut. Apa kau tak jenuh terus berkutat dengan buku-buku dongeng itu?!  Aku hanya rindu berburu bersamamu, Sehun-ah…” Tatapan Sehun kini melembut, mengingat terakhir kali ia berburu adalah sepuluh tahun yang lalu. Tepatnya ketika ia berumur 10 tahun. Dan dalam hati, hyungnya bersorak girang. Ternyata yang bisa meluluhkan Sehun hanyalah kelembutan, bukan paksaan yang sejak kemarin dilakukannya.
“Tapi kenapa harus ke London,Hyuuung?! Lagipula kita masih bisa berburu secara legal di Chongnam-Do, hanya dengan beberapa jam perjalanan saja.” Sehun berkata pelan.
“Ini limited moment,dongsaeng-ah! Sekalian kita mempererat kembali hubungan persaudaraan kita. Sepertinya aku sangat jarang mengajakmu jalan-jalan akhir-akhir ini. Eottokhae?”
Sehun memutar kedua matanya sebelum menganggukkan kepala, membuat sosok hyung di depannya sumringah.
Gomawo Sehun-ah~! Nan jeongmal saranghaeyo!” Luhan,hyungnya Sehun langsung menghambur memeluk adiknya yang sangat ia sayangi.
*****
Malam itu masih sama keadaannya. Yang berbeda hanyalah bulan yang kini sudah berbentuk sabit. Dan rubah putih itu masih di sana. Ia lapar dan itu membuatnya tak mampu menghasilkan tenaga. Mata indahnya perlahan menutup—tertidur.

*****
“Hyung kau yakin akan menggunakan senapan itu? Apa itu tak terlalu berbahaya?” Sehun bertanya pada Luhan yang kini sibuk memeriksa senapan khusus berburunya dengan serius. Luhan terkekeh lalu menjawab, “Why not Sehun-ah?! Lihat gerbang di depan kita! Itu adalah tempat khusus berburu yang legal. Berbagai macam binatang ada di dalam. Benar-benar legal tapinya. Dan izin berburu di sini sangat mahal asal kau tahu.” Luhan bergumam –ehm menggerutu sedikit kesal sebenarnya.
Sehun terdiam lalu mengekor di belakang Luhan yang mulai melangkah menuju hutan. Mulutnya terlihat menggumamkan sesuatu entah apa.
Ssst Hun! Don’t move!” bisik Luhan pelan. Kini lelaki tersebut sedang focus mengarahkan senapannya pada seekor rusa yang sedang asyik merumput. Sehun memutar bola matanya bosan. Panah modernnya sama sekali belum ia gunakan sedari tadi. Sehun melemparkan pandangannya ke berbagai penjuru hutan. Pandangannya menangkap berbagai sosok binatang seperti rusa, kijang, kelinci, bahkan babi. Namun ia tak tertarik untuk mengarahkan panahnya. Tiba-tiba sesuatu memaksakan pandangannya hanya focus pada satu direksi. Direksi arah selatan dari tempatnya kini berdiri. Sehun entah bagaimana bisa yakin ada sesuatu menarik disana.
Aauuuu! Aauuuu!’ Bingo!
“Sial!” Sehun membelalakkan matanya. Mengabaikan umpatan hyungnya karena rusa incarannya kini pergi setelah mendengar suara lolongan barusan. Ia teringat akan sosok werewolf yang pernah ditononnya di serial Harry Potter memiliki suara seperti apa yang barusan ia dengar. Namun yang ini terdengar jauh lebih jernih dan merdu. Mungkinkah werewolf ada di siang hari? Tanpa ia sadari kakinya kini melangkah menjauhi hyungnya yang memandangnya heran.
“Sehun-ah! Mau kemana?”
“Memastikan sesuatu,hyung.”
“Baiklah.” Sahut Luhan berseri. Ia membayangkan Sehun kembali padanya dengan seonggok bangkai rubah atau serigala di tangannya. Akhirnya Sehunnya berniat memastikan kemampuan berburunya…
‘Aku akan memastikan apa benar werewolf juga ada di siang hari. Kalau aku terbukti benar, aku akan menghubungi auntie J.K Rowling untuk merevisi ulang Buku Harry Potter. Jenius kau Sehun!’ Sehun terus terkekeh membayangkan apa yang dipikirkannya.
Sehun menelusuri hutan dengan penuh kewaspadaan. Ia bahkan siap melepaskan panah dari busurnya bila kemudian ada bahaya yang tiba-tiba menghadang. Uhm… Werewolf mungkin? Tapi kini pemuda jangkung itu mulai letih. Ia menyandarkan punggungnya di pohon Akasia berusia ratusan tahun, mengambil botol minum yang ada di backpacknya dan menenggaknya habis.
ssrrkk—‘ Sehun langsung berdiri tegak setelah mendengar suara semak bergerak, ia kembali waspada. Sebatang panah ia posisikan di busurnya –bersiap melepasnya jika binatang buas atau semacamnya menyerangnya dari balik semak tersebut.
“satu,dua,tiga…” Sehun melangkah mendekati semak sambil berhitung dengan suara pelan. Dan semak itu kini ada di hadapannya… Sehun terlebih dahulu menarik napasnya dalam-dalam, mengumpulkan keberaniannya jikalau itu benar-benar werewolf seperti yang ada di bayangannya,
werewolf-ah… Gotcha!”  Sehun menyibak semak dengan cepat dan matanya melotot mendapati bukanlah sosok menyeramkan werewolf yang ada di hadapannya, melainkan sosok rubah yang tergolek tak bergerak. Sehun menggoncangkan sosok tersebut pelan. Dan rubah terebut akhirnya bergerak. Membuka matanya yang berwarna amber . Mata indah itu memancarkan perasaan yang tak dapat dimengerti oleh Sehun. Sepertinya rubah terebut telah sadar seluruhnya, terbukti dengan adanya tatapan tajam penuh kewaspadaan  yang dilayangkannya pada sosok asing di depannya. Sejenak Sehun terpesona dengan kilau mata sang rubah hingga panah yang dipegangnya terjatuh di tanah. Ditilik dari bulunya yang sudah kecokelatan, Sehun yakin rubah itu sudah terjebak selama berhari-hari. Tiba-tiba pandangan matanya tertumbuk pada kaki sang rubah. Dengan sigap Sehun melepaskan akar semak dari kaki rubah tersebut. Tanpa ia sadari sudut bibirnya membentuk lengkungan sudut yang tulus,tersenyum ramah. Dan rubah tersebut melembutkan tatapannya, berterima kasih.
Neo… Gwaenchana, Foxy?” Tanya Sehun lembut. Rubah itu menatapnya dengan bingung membuat lelaki tilur tersebut terkekeh menyadari kesalahannya.
Stupid me. Ofcourse U never understood whata said just now. Wait, U must be hungry,right?” sebungkus roti dikeluarkan Sehun dari ranselnya, membaginya menjadi dua bagian. Dengan penuh kehati-hatian Sehun menyuapkan sepotong roti tersebut pada rubah itu. Well, bagaimanapun rubah termasuk binatang buas,bukan?! Namun tak dinyana, sang rubah rupanya masih kelaparan. Ia terus menatap sepotong roti lainnya dengan penuh minat.
Gee. Berapa lama sebenarnya kamu terjebak disini?” Tanya Sehun lagi, sambil menyuapkan sisa roti lainnya ke rubah di hadapannya.
drrrrt… drrrt…handphone di saku celana sang namja bergetar, diraihnya benda tersebut. Mendapati nama hyungnya di monitor segera Sehun angkat telepon dari kakaknya itu. Sesekali ia mencuri pandang kepada rubah dalam percakapan bersama hyungnya. Telepon terputus usai sekian menit mereka bercakap. Lelaki bersurai madu itu terlihat menghembuskan napas sebelum mengacak bulu sang rubah yang sedari tadi tengah menatapnya.
“Baiklah Foxy… kita harus berpisah sekarang. Aku akan pulang walaupun aku yakin akan mendapat omelan dari kakakku karena pulang dengan tangan kosong. Hmmm… apa kau mau ikut bersamaku?” Tease Sehun. Rubah tersebut mengerang pelan dan mengendus-endus kaki Sehun sebelum berlari menjauh. Dan Sehun tau Rubah itu sedang ingin membantunya.
*****
“Sehun-ah… Daging ini luar biasa lezat! Bagaimana kau bisa mendapatkannya?” Tanya Luhan penuh rasa penasaran. Bagaimana tidak? Hari ini –sialnya ia hanya membawa pulang 2 ekor kelinci. Dan lihat adiknya! Ia membawa pulang rusa berukuran besar dengan daging yang sangat empuk. Yang ditanya hanya mengulum senyum sebelum menjawab, “Aku dibantu oleh teman,hyung.”
Luhan mengernyit bingung. Tetapi segera ia alihkan rasa bingungnya ke potongan-potongan besar daging rusa yang kini sedang mereka panggang. Wow… sepertinya daging tersebut benar-benar sangat enak sampai-sampai Luhan terus mengunyah tanpa henti, tak memikirkan berapa banyak kolesterol yang akan mengendap di tubuhnya nanti.
‘Thank U…’
Samar-samar Sehun mendengar suara seseorang menggumamkan terimakasih…
“sama-sama..” jawabnya sambil senyum.
“kau bicara pada siapa, Sehun-ah?” Tanya Luhan bingung.
“Lho? Bukannya Hyung barusan bilang ‘Thank U’ ke Sehun?” Sehun tampak bingung,juga.
“Thank U dalam rangka?”
Hmmm… Rusa,maybe?”
“Gak tuh.” Jawab Luhan santai sambil tetap makan daging bakar. Kemudian Ia tersenyum geli menyadari Sehun yang kian merapat dengannya.
*****
Angin  kencang seolah berlomba dengan sorai-sorainya ombak laut lepas yang dihiasi oleh buih putih memanjang yang berderai teratur, mengikuti kehendak Sang Pencipta.. Tampak siluet gadis yang berdiri menghadap laut. Surai indahnya berkibar tertiup angin. Ia tak berhenti tersenyum mengingat suara yang tadi ia dengar…
‘sama-sama..’
Sesosok Paus Orca menepi ke pinggiran pantai, tak jauh dari tempat gadis itu berdiri. Perlahan mamalia laut tersebut berubah menjadi manusia. Manusia tampan yang kini jalan mendekati sang gadis kemudian berdiri di sampingnya.
“Bagaimana? Apa kita pulang sekarang?” Tanya si gadis yang ternyata adalah sosok manusia dari rubah tadi.  Well, keduanya sebenarnya adalah penyihir yang memiliki kemampuan berubah menjadi sosok binatang. Aiden menjadi paus orca dan adiknya, Amber menjadi rubah putih. 
“Ya, ayo kita pulang J” Jawab Aiden tersenyum sambil mengacak rambut adiknya penuh rasa sayang.
“Bagaimana kencanmu?”
“Kencan apa?”
“tadi. Sambil berburu. Kalian berdua sungguh mesra ;)”
“Aku dalam sosok animagusku bagaimana bisa disebut mesra?!”
“Bagiku itu mesra. Kau ingin bertemu dengannya lagi? Aku akan membantumu berbicara pada Daddy.”
Shut up. Hentikan obrolan aneh ini dan kita benar-benar pulang sekarang!”
“Dasar anjing galak.”
Whatever. Dan aku bukan anjing.”
“Tetap—“
“SHUT UP ATAU KUUBAH KAU JADI CACING FLOBBER.”

TBC  or END? xD

HunBer! Fanfic pertama dengan cast HunBer! Yippiiii! o---(*_*)---o
*lap keringet* rada ga nyangka selama dua jam bikin chapter ini jadinya cuma 1200-an words :’( gw jadi tambah kagum sama penulis. jadi penulis emang butuh perjuangan…