Genre
:untuk chapter ini hanya Fantasy, Family, dan Friendship. Ada romancenya tapi cuma tersirat(?).
Cast
: Amber J. Liu, Oh Sehun, Xi Luhan, dan Aiden Lee a.k.a Donghae
.
.
.
Happy Reading~
.
.
Malam begitu
gelap dan mencekam. Sepoi angin semakin kencang seiring bulan bersinar di
hamparan langit penuh awan. Gonggongan anjing terdengar saling menyahut seakan
sedang featuring bersama alam, menghasilkan simfoni indah yang pasti
akan membuat bulu kuduk meremang siapapun pendengarnya. Tiba-tiba serumpun
semak tersibak, sesosok rubah putih terlihat kesulitan melepaskan diri dibalik
semak tersebut. salah satu kakinya tersangkut pada akar semak yang muncul di
permukaan. rubah itu mengerahkan sekuat tenaganya namun nihil. akar itu
menjepit kuat kakinya. 'Auuuuu!' tak pelak rubah tersebut melolong,
melepaskan highnote yang sedari tadi tertahan di pita suaranya.
berulangkali ia melolong berharap ada seseorang -atau seekor- makhluk yang
mendengar lalu menolongnya, hingga suaranya serak dan tenaganya terkuras habis.
Rubah itu kini tersungkur mencium bumi, tak mampu untuk lebih kuat lagi…
*****
“Hyung! Pokoknya aku tidak mau ikut berburu.
Titik!” seorang pemuda jangkung bersurai cokelat madu bersungut-sungut kesal.
Lelaki yang terlihat lebih tua di depannya hanya menatapnya tegas sambil
menyilangkan kedua tangannya. Ia sungguh tak habis pikir bagaimana bisa adiknya
menolak tawaran yang tak mungkin datang dua kali?! Akhirnya ia mendapat
penerangan.
“Kau tahu, Sehun? Keluarga kita adalah keluarga
pemanah terhebat di sepanjang jalur sungai Han ini. Bahkan aku dan Appa adalah
atlit memanah! Dan aku tahu kau juga mewarisi bakat tersebut. Apa kau tak jenuh
terus berkutat dengan buku-buku dongeng itu?!
Aku hanya rindu berburu bersamamu, Sehun-ah…” Tatapan Sehun kini
melembut, mengingat terakhir kali ia berburu adalah sepuluh tahun yang lalu.
Tepatnya ketika ia berumur 10 tahun. Dan dalam hati, hyungnya bersorak girang.
Ternyata yang bisa meluluhkan Sehun hanyalah kelembutan, bukan paksaan yang
sejak kemarin dilakukannya.
“Tapi kenapa harus ke London,Hyuuung?! Lagipula
kita masih bisa berburu secara legal di Chongnam-Do, hanya dengan beberapa jam
perjalanan saja.” Sehun berkata pelan.
“Ini limited moment,dongsaeng-ah! Sekalian
kita mempererat kembali hubungan persaudaraan kita. Sepertinya aku sangat
jarang mengajakmu jalan-jalan akhir-akhir ini. Eottokhae?”
Sehun memutar kedua matanya sebelum menganggukkan
kepala, membuat sosok hyung di depannya sumringah.
“Gomawo Sehun-ah~! Nan jeongmal saranghaeyo!”
Luhan,hyungnya Sehun langsung menghambur memeluk adiknya yang sangat ia
sayangi.
*****
Malam itu masih sama
keadaannya. Yang berbeda hanyalah bulan yang kini sudah berbentuk sabit. Dan
rubah putih itu masih di sana. Ia lapar dan itu membuatnya tak mampu
menghasilkan tenaga. Mata indahnya perlahan menutup—tertidur.
*****
“Hyung
kau yakin akan menggunakan senapan itu? Apa itu tak terlalu berbahaya?” Sehun
bertanya pada Luhan yang kini sibuk memeriksa senapan khusus berburunya dengan
serius. Luhan terkekeh lalu menjawab, “Why not Sehun-ah?! Lihat gerbang
di depan kita! Itu adalah tempat khusus berburu yang legal. Berbagai macam
binatang ada di dalam. Benar-benar legal tapinya. Dan izin berburu di sini
sangat mahal asal kau tahu.” Luhan bergumam –ehm menggerutu sedikit kesal
sebenarnya.
Sehun
terdiam lalu mengekor di belakang Luhan yang mulai melangkah menuju hutan. Mulutnya
terlihat menggumamkan sesuatu entah apa.
“Ssst
Hun! Don’t move!” bisik Luhan pelan. Kini lelaki tersebut sedang focus
mengarahkan senapannya pada seekor rusa yang sedang asyik merumput. Sehun
memutar bola matanya bosan. Panah modernnya sama sekali belum ia gunakan sedari
tadi. Sehun melemparkan pandangannya ke berbagai penjuru hutan. Pandangannya
menangkap berbagai sosok binatang seperti rusa, kijang, kelinci, bahkan babi.
Namun ia tak tertarik untuk mengarahkan panahnya. Tiba-tiba sesuatu memaksakan
pandangannya hanya focus pada satu direksi. Direksi arah selatan dari tempatnya
kini berdiri. Sehun entah bagaimana bisa yakin ada sesuatu menarik disana.
‘Aauuuu!
Aauuuu!’ Bingo!
“Sial!”
Sehun membelalakkan matanya. Mengabaikan umpatan hyungnya karena rusa
incarannya kini pergi setelah mendengar suara lolongan barusan. Ia teringat
akan sosok werewolf yang pernah ditononnya di serial Harry Potter memiliki
suara seperti apa yang barusan ia dengar. Namun yang ini terdengar jauh lebih
jernih dan merdu. Mungkinkah werewolf ada di siang hari? Tanpa ia sadari
kakinya kini melangkah menjauhi hyungnya yang memandangnya heran.
“Sehun-ah!
Mau kemana?”
“Memastikan
sesuatu,hyung.”
“Baiklah.”
Sahut Luhan berseri. Ia membayangkan Sehun kembali padanya dengan seonggok
bangkai rubah atau serigala di tangannya. Akhirnya Sehunnya berniat memastikan
kemampuan berburunya…
‘Aku
akan memastikan apa benar werewolf juga ada di siang hari. Kalau aku terbukti
benar, aku akan menghubungi auntie J.K Rowling untuk merevisi ulang Buku
Harry Potter. Jenius kau Sehun!’ Sehun terus terkekeh membayangkan apa yang
dipikirkannya.
Sehun
menelusuri hutan dengan penuh kewaspadaan. Ia bahkan siap melepaskan panah dari
busurnya bila kemudian ada bahaya yang tiba-tiba menghadang. Uhm… Werewolf
mungkin? Tapi kini pemuda jangkung itu mulai letih. Ia menyandarkan punggungnya
di pohon Akasia berusia ratusan tahun, mengambil botol minum yang ada di backpacknya
dan menenggaknya habis.
‘ssrrkk—‘
Sehun langsung berdiri tegak setelah mendengar suara semak bergerak, ia
kembali waspada. Sebatang panah ia posisikan di busurnya –bersiap melepasnya
jika binatang buas atau semacamnya menyerangnya dari balik semak tersebut.
“satu,dua,tiga…”
Sehun melangkah mendekati semak sambil berhitung dengan suara pelan. Dan semak
itu kini ada di hadapannya… Sehun terlebih dahulu menarik napasnya dalam-dalam,
mengumpulkan keberaniannya jikalau itu benar-benar werewolf seperti yang
ada di bayangannya,
“werewolf-ah…
Gotcha!” Sehun menyibak semak
dengan cepat dan matanya melotot mendapati bukanlah sosok menyeramkan werewolf
yang ada di hadapannya, melainkan sosok rubah yang tergolek tak bergerak. Sehun
menggoncangkan sosok tersebut pelan. Dan rubah terebut akhirnya bergerak.
Membuka matanya yang berwarna amber . Mata indah itu memancarkan
perasaan yang tak dapat dimengerti oleh Sehun. Sepertinya rubah terebut telah
sadar seluruhnya, terbukti dengan adanya tatapan tajam penuh kewaspadaan yang dilayangkannya pada sosok asing di
depannya. Sejenak Sehun terpesona dengan kilau mata sang rubah hingga panah
yang dipegangnya terjatuh di tanah. Ditilik dari bulunya yang sudah
kecokelatan, Sehun yakin rubah itu sudah terjebak selama berhari-hari. Tiba-tiba
pandangan matanya tertumbuk pada kaki sang rubah. Dengan sigap Sehun melepaskan
akar semak dari kaki rubah tersebut. Tanpa ia sadari sudut bibirnya membentuk lengkungan
sudut yang tulus,tersenyum ramah. Dan rubah tersebut melembutkan tatapannya,
berterima kasih.
“Neo…
Gwaenchana, Foxy?” Tanya Sehun lembut. Rubah itu menatapnya dengan bingung
membuat lelaki tilur tersebut terkekeh menyadari kesalahannya.
“Stupid
me. Ofcourse U never understood whata said just now. Wait, U must be
hungry,right?” sebungkus roti dikeluarkan Sehun dari ranselnya, membaginya
menjadi dua bagian. Dengan penuh kehati-hatian Sehun menyuapkan sepotong roti
tersebut pada rubah itu. Well, bagaimanapun rubah termasuk binatang
buas,bukan?! Namun tak dinyana, sang rubah rupanya masih kelaparan. Ia terus
menatap sepotong roti lainnya dengan penuh minat.
“Gee.
Berapa lama sebenarnya kamu terjebak disini?” Tanya Sehun lagi, sambil
menyuapkan sisa roti lainnya ke rubah di hadapannya.
‘drrrrt…
drrrt…’ handphone di saku celana sang namja bergetar, diraihnya
benda tersebut. Mendapati nama hyungnya di monitor segera Sehun angkat telepon
dari kakaknya itu. Sesekali ia mencuri pandang kepada rubah dalam percakapan
bersama hyungnya. Telepon terputus usai sekian menit mereka bercakap. Lelaki
bersurai madu itu terlihat menghembuskan napas sebelum mengacak bulu sang rubah
yang sedari tadi tengah menatapnya.
“Baiklah
Foxy… kita harus berpisah sekarang. Aku akan pulang walaupun aku yakin
akan mendapat omelan dari kakakku karena pulang dengan tangan kosong. Hmmm… apa
kau mau ikut bersamaku?” Tease Sehun. Rubah tersebut mengerang pelan dan
mengendus-endus kaki Sehun sebelum berlari menjauh. Dan Sehun tau Rubah itu
sedang ingin membantunya.
*****
“Sehun-ah…
Daging ini luar biasa lezat! Bagaimana kau bisa mendapatkannya?” Tanya Luhan
penuh rasa penasaran. Bagaimana tidak? Hari ini –sialnya ia hanya membawa
pulang 2 ekor kelinci. Dan lihat adiknya! Ia membawa pulang rusa berukuran
besar dengan daging yang sangat empuk. Yang ditanya hanya mengulum senyum
sebelum menjawab, “Aku dibantu oleh teman,hyung.”
Luhan
mengernyit bingung. Tetapi segera ia alihkan rasa bingungnya ke
potongan-potongan besar daging rusa yang kini sedang mereka panggang. Wow…
sepertinya daging tersebut benar-benar sangat enak sampai-sampai Luhan terus
mengunyah tanpa henti, tak memikirkan berapa banyak kolesterol yang akan
mengendap di tubuhnya nanti.
‘Thank
U…’
Samar-samar
Sehun mendengar suara seseorang menggumamkan terimakasih…
“sama-sama..”
jawabnya sambil senyum.
“kau
bicara pada siapa, Sehun-ah?” Tanya Luhan bingung.
“Lho?
Bukannya Hyung barusan bilang ‘Thank U’ ke Sehun?” Sehun tampak bingung,juga.
“Thank
U dalam rangka?”
“Hmmm…
Rusa,maybe?”
“Gak
tuh.” Jawab Luhan santai sambil tetap makan daging bakar. Kemudian Ia tersenyum
geli menyadari Sehun yang kian merapat dengannya.
*****
Angin
kencang seolah berlomba dengan
sorai-sorainya ombak laut lepas yang dihiasi oleh buih putih memanjang yang
berderai teratur, mengikuti kehendak Sang Pencipta.. Tampak siluet gadis yang
berdiri menghadap laut. Surai indahnya berkibar tertiup angin. Ia tak berhenti
tersenyum mengingat suara yang tadi ia dengar…
‘sama-sama..’
Sesosok
Paus Orca menepi ke pinggiran pantai, tak jauh dari tempat gadis itu berdiri. Perlahan
mamalia laut tersebut berubah menjadi manusia. Manusia tampan yang kini jalan
mendekati sang gadis kemudian berdiri di sampingnya.
“Bagaimana?
Apa kita pulang sekarang?” Tanya si gadis yang ternyata adalah sosok manusia
dari rubah tadi. Well, keduanya sebenarnya adalah penyihir yang memiliki kemampuan berubah menjadi sosok binatang. Aiden menjadi paus orca dan adiknya, Amber menjadi rubah putih.
“Ya,
ayo kita pulang J”
Jawab Aiden tersenyum sambil mengacak rambut adiknya penuh rasa sayang.
“Bagaimana
kencanmu?”
“Kencan
apa?”
“tadi.
Sambil berburu. Kalian berdua sungguh mesra ;)”
“Aku
dalam sosok animagusku bagaimana bisa disebut mesra?!”
“Bagiku
itu mesra. Kau ingin bertemu dengannya lagi? Aku akan membantumu berbicara pada
Daddy.”
“Shut
up. Hentikan obrolan aneh ini dan kita benar-benar pulang sekarang!”
“Dasar
anjing galak.”
“Whatever.
Dan aku bukan anjing.”
“Tetap—“
“SHUT
UP ATAU KUUBAH KAU JADI CACING FLOBBER.”
TBC
or END? xD
HunBer!
Fanfic pertama dengan cast HunBer! Yippiiii! o---(*_*)---o
*lap
keringet* rada ga nyangka selama dua jam bikin chapter ini jadinya cuma 1200-an
words :’( gw jadi tambah kagum sama penulis. jadi penulis emang butuh
perjuangan…
No comments:
Post a Comment